Senin, 10 Juni 2013

ARSITEKTUR LINGKUNGAN


PENDEKATAN ARSITEKTUR BERWAWASAN  LINGKUNGAN PADA PERANCANGAN RUMAH

A.       Pendekatan Yang Berwawasan Lingkungan
Rumah dan perumahan sangat akrab dengan kita dan perencanaan dan perancangannya yang tepat akan membuahkan hasil yang optimal bagi penghuninya. Namun tidak ada salahnya kita melihat kembali pendekatan perencanaan dan perancangan rumah dan perumahan yang berwawasan lingkunganM dengan memperhatikan pula perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berkembang terus.
Terdapat  enam logika pendekatan yang ditengarai dan diikuti oleh para perancang dan perencana dalam membangun bangunan atau rumahnya, yaitu
1.    Eko-Teknik, yaitu mendasarkan pengembangan teknologi yang mengutarakan tentang perubahan inkremental pada tekno ekonomi dan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyediakan solusi bagi masalah lingkungan;
2.    Eko-Sentris, muncul dari sudut pandangan tentang alam, melalui paradigma-paradigma analisis ilmiah menekankan pada dua hal yaitu holistik epistemologi (epistemological holism) yang mempengaruhi ekologi dan realitas metafisika (metaphysical reality) secara menyeluruh.
3.    Eko-Estetik, yaitu mengedepankan tentang apa yang disebut konsep wacana baru, yang menekankan spiritualitas dalam hubungan sosial dan lingkungan dan dimensi-dimensi tentang perubahan sosial, yang menggambarkan tentang visi idealis kesadaran global, yang bermula dari refleksi individual dan kesadaran ekologi, serta yang kemudian bias mengantarkan pada kemantapan peradaban dan kebudayaan baru secara menyeluruh;
4.    Eko-Kultural, yaitu menarik ispirasi dari pertanggungjawaban fenomenologi lingkungan dan kebangkitan kembali konsep Heideger tentang penghunian dengan menekankan penghunian kembali atau belajar kembali tentang rasa ruang.
5.    Eko-Medikal, yaitu mengetengahkan retorika medis,untuk memfokuskan perhatian pada dampak merugikan dari lingkungan binaan (built environment) dan penyebab-penyebab stres yang menimbulkan masalah kesehatan, baik fisik maupun psikis.
6.    Eko-Sosial, yaitu  desentralisasi dari masyarakat industri, menjadi unit komunitas yang lebih kecil, yang dapat mencukupi diri sendiri (self-sufficient) dan menggunakan teknologi rendah dan menengah yang berdasarkan pengertian pendekatan ini menyarankan tentang hukum-hukum ekologi.

Ke enam pendekatan tersebut tidak berdiri sendiri, namun masing-masing  mengutamakan hal-hal atau pendekatan masing-masing sedang lainnya menjadi penunjang. Tujuannya adalah untuk mendirikan bangunan-bangunan yang tepat fleksibel dan partisipatori, yang melayani penghuni, tanpa menimbulkan dampak lingkungan yang tidak perlu, dengan menggunakan bahan bangunan lokal yang bisa diperbaharui dan didaur ulang apabila dimungkinkan.

B.       Perencanaan Rumah Berwawasan Lingkungan
Eko arsitektur atau arsitektur berwawasan lingkungan adalah bukan sebuah resep atau menu, itu merupakan pendekatan dan sikap saja, bahkan bukan sebuah label. Cukup menyebut arsitektur saja.
Frick, Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan bahwa eko-arsitektur adalah :
1.    Holistis, berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan, yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian- bagian.
2.    Memanfatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.    Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.    Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan ke dua belah pihak.

Pada masa memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu :
1.    Sehat, ditinjau dari segi kesehatan itu sendiri, sebuah rumah yang sehat memiliki hubungan yang baik dengan lingkungannya yang berkaitan dengan air, udara, tanah, iklim dan panas matahari (energi) sekarang dalam membangun rumah, serta flora dan fauna sekitar, sehingga memberi kesehatan optimal pada penghuninya baik fisik maupun psikis.
2.    Cukup kuat dan aman, ditinjau dari segi teknis teknologis, sebuah rumah harus benar strukturnya, tahan gempa, angin, hujan dan unsure iklim lainnya, dan tahan terhadap berbagai beban struktur yang harus dipikul. diperoleh dan tepat guna.
3.    Relatif terjangkau, ditinjau dari kemampuan ekonomi penghunian serta keterjangkauan sosial.
4.    Cukup indah dan nyaman, dalam arti memiliki desain yang baik, sebagai gabungan tiga syarat di atas, yang dapat memenuhi kebutuhan inderawi, rasa dan matra lainnya dari manusia. Pemilihan bahan bangunannyapun yang relatif mudah

Selanjutnya sebagai sebuah lingkungan perumahan, lingkungan buatan ini menjadi bagian dari sebuah wilayah yang lebih besar desa atau kota. Khususnya untuk wilayah perkotaan, sebuah kota untuk abad ke 21 sebaiknyalah menuju kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga menjadi maslahat buat manusia masa kini dan generasi yang mendatang. Dalam pembangunan kota berkelanjutan, perlu diresapi, direnungkan dan dihayati secara mendalam tentang Prinsip Sapta-E, yaitu :
1.    Environment atau ecology
2.    Employment atau Economy
3.    Engangement atau partisipasi semua stakeholders
4.    Equity, persamaan, kesetaraan, keadilan
5.    Energy conservation
6.    Ethics of development, etika pembangunan
7.    Estethics atau estetika.






Mata Kuliah  : Arsitektur dan Lingkungan


PENDEKATAN ARSITEKTUR BERWAWASAN  LINGKUNGAN PADA PERANCANGAN RUMAH















Oleh :

ANDI BASO MANDALA
60100109009



JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2010/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar