PENDEKATAN ARSITEKTUR
BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA PERANCANGAN
RUMAH
A.
Pendekatan Yang
Berwawasan Lingkungan
Rumah dan
perumahan sangat akrab dengan kita dan perencanaan dan perancangannya yang
tepat akan membuahkan hasil yang optimal bagi penghuninya. Namun tidak ada salahnya kita melihat kembali pendekatan
perencanaan dan perancangan rumah dan perumahan yang berwawasan lingkunganM
dengan memperhatikan pula perkembangan pengetahuan dan teknologi yang
berkembang terus.
Terdapat enam logika pendekatan yang ditengarai dan
diikuti oleh para perancang dan perencana dalam membangun bangunan atau
rumahnya, yaitu
1.
Eko-Teknik, yaitu mendasarkan pengembangan teknologi yang
mengutarakan tentang perubahan inkremental pada tekno ekonomi dan bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat menyediakan solusi bagi masalah lingkungan;
2.
Eko-Sentris, muncul dari sudut pandangan tentang alam, melalui
paradigma-paradigma analisis ilmiah menekankan pada dua hal yaitu holistik
epistemologi (epistemological holism) yang mempengaruhi ekologi dan realitas
metafisika (metaphysical reality) secara menyeluruh.
3.
Eko-Estetik, yaitu mengedepankan tentang apa yang disebut konsep
wacana baru, yang menekankan spiritualitas dalam hubungan sosial dan lingkungan
dan dimensi-dimensi tentang perubahan sosial, yang menggambarkan tentang visi
idealis kesadaran global, yang bermula dari refleksi individual dan kesadaran
ekologi, serta yang kemudian bias mengantarkan pada kemantapan peradaban dan
kebudayaan baru secara menyeluruh;
4.
Eko-Kultural, yaitu menarik ispirasi dari pertanggungjawaban
fenomenologi lingkungan dan kebangkitan kembali konsep Heideger tentang
penghunian dengan menekankan penghunian kembali atau belajar kembali tentang
rasa ruang.
5.
Eko-Medikal, yaitu mengetengahkan retorika medis,untuk memfokuskan
perhatian pada dampak merugikan dari lingkungan binaan (built environment) dan
penyebab-penyebab stres yang menimbulkan masalah kesehatan, baik fisik maupun
psikis.
6.
Eko-Sosial, yaitu
desentralisasi dari masyarakat industri, menjadi unit komunitas yang
lebih kecil, yang dapat mencukupi diri sendiri (self-sufficient) dan
menggunakan teknologi rendah dan menengah yang berdasarkan pengertian
pendekatan ini menyarankan tentang hukum-hukum ekologi.
Ke enam
pendekatan tersebut tidak berdiri sendiri, namun masing-masing mengutamakan hal-hal atau pendekatan
masing-masing sedang lainnya menjadi penunjang. Tujuannya adalah untuk
mendirikan bangunan-bangunan yang tepat fleksibel dan partisipatori, yang
melayani penghuni, tanpa menimbulkan dampak lingkungan yang tidak perlu, dengan
menggunakan bahan bangunan lokal yang bisa diperbaharui dan didaur ulang
apabila dimungkinkan.
B. Perencanaan Rumah Berwawasan Lingkungan
Eko
arsitektur atau arsitektur berwawasan lingkungan adalah bukan sebuah resep atau
menu, itu merupakan pendekatan dan sikap saja, bahkan bukan sebuah label. Cukup
menyebut arsitektur saja.
Frick,
Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan bahwa eko-arsitektur
adalah :
1.
Holistis, berhubungan dengan
sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan, yang lebih penting dari pada
sekedar kumpulan bagian- bagian.
2.
Memanfatkan pengalaman
manusia
(tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.
Pembangunan sebagai
proses
dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.
Kerja sama antara manusia dengan
alam sekitarnya demi keselamatan ke dua belah pihak.
Pada masa memenuhi 4
(empat) syarat, yaitu :
1.
Sehat, ditinjau dari segi
kesehatan itu sendiri, sebuah rumah yang sehat memiliki hubungan yang baik
dengan lingkungannya yang berkaitan dengan air, udara, tanah, iklim dan panas
matahari (energi) sekarang dalam membangun rumah, serta flora dan fauna
sekitar, sehingga memberi kesehatan optimal pada penghuninya baik fisik maupun
psikis.
2.
Cukup kuat dan aman, ditinjau dari segi
teknis teknologis, sebuah rumah harus benar strukturnya, tahan gempa, angin,
hujan dan unsure iklim lainnya, dan tahan terhadap berbagai beban struktur yang
harus dipikul. diperoleh dan tepat guna.
3.
Relatif terjangkau, ditinjau dari
kemampuan ekonomi penghunian serta keterjangkauan sosial.
4.
Cukup indah dan nyaman, dalam arti memiliki
desain yang baik, sebagai gabungan tiga syarat di atas, yang dapat memenuhi
kebutuhan inderawi, rasa dan matra lainnya dari manusia. Pemilihan bahan
bangunannyapun yang relatif mudah
Selanjutnya
sebagai sebuah lingkungan perumahan, lingkungan buatan ini menjadi bagian dari
sebuah wilayah yang lebih besar desa atau kota. Khususnya untuk wilayah
perkotaan, sebuah kota untuk abad ke 21 sebaiknyalah menuju kota yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga menjadi maslahat buat manusia
masa kini dan generasi yang mendatang. Dalam pembangunan kota berkelanjutan,
perlu diresapi, direnungkan dan dihayati secara mendalam tentang Prinsip
Sapta-E, yaitu :
1.
Environment atau ecology
2.
Employment atau Economy
3.
Engangement atau partisipasi semua stakeholders
4.
Equity, persamaan, kesetaraan, keadilan
5.
Energy conservation
6.
Ethics of development, etika pembangunan
7.
Estethics atau estetika.
Mata Kuliah : Arsitektur
dan Lingkungan
PENDEKATAN
ARSITEKTUR BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA
PERANCANGAN RUMAH
Oleh :
ANDI BASO MANDALA
60100109009
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2010/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar